Jumat, 27 April 2012
Rabu, 25 April 2012
Apakah mata ini terlalu jujur??
sehingga mata ini tak berani 'tuk menatapnya..?
Apakah mata ini terlalu jujur??
sehingga mata ini tak berani 'tuk memandangnya..?
Meskipun begitu,,
Aku bersyukur memiliki mata ini karena pernah menatap mata indah itu meski hanya sebentar saja
hanya sebentar saja,,
"My Sweet Desember"
ASUHAN KEPERAWATAN NYAMAN NYERI
TUGAS ILMU
KEPERAWATAN DASAR IIIA
ASUHAN
KEPERAWATAN
NYAMAN NYERI
oleh:
Moh.
Taufiqurrahman 102310101026
Febriana Perdana
P.B 102310101056
PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2011
ASUHAN KEPERAWATAN NYAMAN NYERI
1.
Devinisi
Nyeri
Nyeri adalah suatu
sensasi atau pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
dari kerusakan jaringan (jejas yang merusak) yang aktual atau potensial.
Sensasi ini diteruskan oleh persarafan khusus menuju ke sistim saraf
pusat (korteks serebri) untuk diinterpretasikan sebagai rasa nyeri dimana nyeri
merupakan alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Rasa nyeri dipandang sebagai
mekanisme pertahanan tubuh yang paling banyak dan paling umum dikeluhkan
seorang pasien untuk mencari perawatan kesehatan jika dibandingkan dengan
keluhan-keluhan lainnya.
Pengertian nyeri berbeda-beda
dari setiap individu karena nyeri yang dialami individupun berbeda-beda.
1.1 Definisi
Nyeri Secara Medis
Mouncastle
mendevinisikan nyeri sebagai pengalaman sensori yang dibawa oleh stimulus
sebagai akibat adanya ancaman atau kerusakan jaringan, dapat disimpulkan bahwa
nyeri adalah ketika seseorang terluka (secara fisik).
International Association for Study of Pain
(1979) mendevinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
bersifat aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian
dimana terjadi kerusakan.
Arthur C. Curton pada tahun 1983 juga memberi pendapatnya bahwa
nyeri merupakan suatu mekanisme pruduksi bagi tubuh yang timbul ketika jaringan
sedang rusak dan menyebabkan individu bereaksi menghilangkan rasa nyeri.
1.2 Devinisi
Keperawatan
McCaffery pada tahun 1980 menyatakan bahwa
neri adalah perkataan seseorang tentang nyeri dan terjadi kapan saja saat
seseorang itu mrasakan nyeri. Nyeri merupakan sesuatu yang bersifat subjektif,
tidak ada ukuran yang objektif sehingga hanyalah orang yang merasakannya yang
paling tepat dalam mendefinisika nyeri.
2. Karakteristik
Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi
yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus
tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan
sangat bersifat individual. Mahon
berpendapat terdapat empat atribut untuk pengalaman nyeri, antara lain: nyeri
bersifat individu, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang
mendominasi, dan bersifat tidak berkesesudahan (1994).
Nyeri tidak dapat diukur secara
objektif, misalnya dengan menggunakan sinar-X dan dalam pemeriksaan darah.
Seseorang yang mengalami nyeri perilakunya akan berubah. Misalnya seseorang
yang kakinya terkilir akan menghindari aktivitas mengangkat barang yang terlalu
berat bahkan saat berjalan harus serba hati-hati.
3. Penyebab
Nyeri
Nyeri
dapat disebabkan oleh:
a.
Adanya
kerusakan viseral
Yaitu kerusakan organ dalam,
misalnya hati atau paru-paru.
b.
Penyumbatan
suplai darah ke organ;
c.
Adanya
penyakit tertentu, misalnya yang disebabkan oleh penyakit rematik. Beberapa
faktor bisa menyebabkan timbulnya rasa sakit atau nyeri di tubuh, yaitu:
1.
Salahposisi
ketika tidur sehingga membuat beberapa bagian tubuh merasa sakit keesokan harinya.
Kondisi ini seringkali membuat seseorang tidak tahu mengapa tubuhnya terasa
sakit di pagi hari;
2.
Jika
seseorang melakukan kegiatan fisik lalu tiba-tiba langsung beristirahat dengan
memanjakan diri maka bisa menyebabkan nyeri.
d.
Luka
tertentu sehingga mengakibatkan trauma jaringan.
4. Klasifikasi
Nyeri
Nyeri
diklasifikasikan menjadi 5 tipe, antara lain:
4.1 nyeri
Akut
Tipe nyeri ini terjadi setelah cedera akut,
penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat dengan
intensitas yang bervariatif (ringan sampai berat) dan berlangsung dalam waktu
yang sikat (Meinhart & McCaffery, 1983; NIH; 1986). Fungsi nyeri akut
adalah memberi tanda akan cedera atau penyakit yang akan datang biasanya
menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah area yang rusak pulih kembali.
Nyeri akut memiliki durasi kurang dar 6 bulan dengan
ofset yang datang tiba-tiba dan terlokalisir. Trauma, bedah, dan inflasi
biasanya yang memicu timbulnya nyeri ini. Nyeri ini biasanya terasa seperti
saat sakit kepala, tertusuk jarum, nyeri saat melahirkan, nyeri sesudah
tindakan pembedahan, dan lain sebagainya.
4.2 nyeri
Kronik
Nyeri kronik berlangsung lebih lama dibandingkan
dengan nyeri akut. Selain itu, nyeri kronik juga memiliki durasi yang lebih
lama yaitu lebih dari 6 bulan dan intensitasnya bervariasi dari yang ringan
sampai berat (McCaffery, 1986).
Nyeri kronik disebabkan oleh kanker yang tidak
terkontrol dan pengobatan dari kanker itu, atau gangguan dari progresif lainnya
(nyeri maligna). Penderita nyeri ini biasanya merasa nyeri kronik secara
terus-menerus (setiap hari) yang dapat berlangsung sampai kematian. Nyeri
non-maligna, disebut juga dengan chronic
benign pain juga dirasakan setiap hari selama lebih dari 6 bulan
(intensitas nyeri ringan sampai berat).
Tanda dan gejala yang tampak pada nyeri kronis yaitu
tanda-tanda vital sering dalam batas normal dan tidak disertai dilatasi pupil,
pasien tampak lesu, penurunan berat badan, pasien mudah putus asa, tidak
tertarik pada aktivitas fisik, mengerang, menangis, dan menjerit.
4.3 Nyeri
Kutaneus / Superfisial (Cutaneus Pain)
Nyeri kutaneus dibagi menjadi dua macam bentuk
nyeri, yaitu:
a. Nyeri
dengan onset yang tiba-tiba dan mempunyai kualitas yang tajam;
b. Nyeri
dengan onset lambat dan disertai rasa terbakar.
Nyeri
superfisial dapat dirasakan di seluruh permukaan kulit atau tubuh klien.
Penyebab timbulnya nyeri superfisial
yaitu trauma gesekan dan suhu yang terlalu panas.
4.4 nyeri
Somatis Dalam
Nyeri ini bersifat difusi (menyebar). Bagian yang
sensitivitasnya tinggi terhadap nyeri ini antara lain tendon, fascia dalam,
ligamen, pembuluh darah, tulang periosteum dan nervus-nervus.
4.5 Nyeri
Visceral
Penyebab dari nyeri ini adalah semua rangsangan yang
dapat menstimulasi ujung saraf nyeri di daerah visceral (organ tubuh bagian
dalam yang lebaar dan mempunyai ruang seperti cavitas tengkorak, cavitas
thorax, cavitas pelvis, dan cavitas abdominal). Nyeri ini cenderung bersifat
difus (menyebar), sulit dilokalisir, samar-samar, dan sifatnya tumpul. Contoh
dari nyeri visceral, antara lain: apendiksitis akut, penyakit kardiovaskular,
dan lain sebagainya.
5.
Patofisiologi
Mekanisme Terjadinya Nyeri
Stimulus nyeri:
biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik
stimulus nyeri
menstimulasi nosiseptor di perifer
impuls nyeri diteruskan
oleh serat afferen (A-delta & C) ke medula spinalis melalui dorsal horn
Impuls bersinapsis di
substansia gelatinosa (lamina II dan III)
Impuls melewati traktus
spinothalamus
Impuls masuk ke
formatio retikularis Impuls
langsung masuk ke thalamus
Sistem limbik Fast pain
Slow pain
Timbul respon emosi
Respon otonom: TD meningkat, keringat dingin
Rasa nyeri:
6.
Manajemen
Nyeri
Manajemen
nyeri merupakan suatu tindakan yang dapat mengurangi rasa nyeri pada klien.
Adapun manajemen nyeri terdiri dari:
6.1 Manajemen nyeri nonfarmakologik.
Pendekatan nonfarmakologik biasanya menggunakan
terapi perilaku (hipnotis, biofeedback), pelemas otot/relaksasi,akupuntur,
terapi kognitif (distraksi), restrukturisasi kognisi, imajinasi dan terapi
fisik.
6.2 Manajemen nyeri dengan pendekatan
farmakologik
Ada tiga kelompok utama obat yang digunakan untuk
menangani rasa nyeri:
a.
Analgetika golongan non narkotika;
b.
Analgetika golongan narkotika;
c.
Adjuvan
6.3 Prosedur invasif
Prosedur invasif yang biasanya dilakukan adalah
dengan memasukan opioid ke dalam ruang epidural atau subarakhnoid melalui
intraspinal, cra ini dapat memberikan efek analgesik yang kuat tetapi dosisnya
lebih sedikit. Prosedur invasif yang lain adalah blok saraf, stimulasi spinal,
pembedahan (rhizotomy,cordotomy) teknik stimulasi, stimulasi columna dorsalis.
7.
Kebutuhan
Dasar yang Terganggu
Teori
keperawatan yang membahas tentang kebutuhan dasar manusia yaitu teori
keperawatan Virginia Henderson. Virginia Henderson mengidentifikasi 14
kebutuhan dasar manusia (klien), antara lain:
1.
Bernapas secara normal
2.
Makan dan minum dengan cukup
3.
Membuang kotoran tubuh
4.
Bergerak dan menjaga posisi yang
diinginkan
5.
Tidur dan istirahat
6.
Memilih pakaian yang sesuai
7.
Menjaga suhu badan tetap dalam batas
normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan
8.
Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat
dengan baik dan melindungi integumen
9.
Menghindar dari bahaya dalam lingkungan
dan yang bisa melukai
10.
Berkomunikasi dengan orang lain dalam
mengungkapkan emosi, kenutuhan, rasa takut, atau pendapat-pendapat
11.
Beribadah sesuai keyakinan seseorang
12.
Bekerja dengan suatu cara yang
mengandung unsur prestasi
13.
Bermain atau terlibat dalam beragan
bentuk rekreasi
14.
Belajar, mengetahui, atau memuaskan rasa
penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta
menggunakan fasilitas-fasilitas ksehatan yang tersedia.
Dari ke-14
kebutuhan dasar diatas, kebutuhan dasar yang terganggu ketika orang mengalami
nyeri yaitu:
1.
Bergerak dan menjaga posisi yang
diinginkan
2.
Tidur dan istirahat
3.
Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat
dengan baik dan melindungi integumen
4.
Bekerja dengan suatu cara yang
mengandung unsur prestasi
5.
bermain atau terlibat dalam beragan
bentuk rekreasi
6.
Belajar, mengetahui, atau memuaskan rasa
penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta
menggunakan fasilitas-fasilitas ksehatan yang tersedia.
Hal-hal
yang terganggu diatas dikarenakan
keterbatasan gerak klien akibat nyeri.
Kebutuhan dasar
manusia menurut maslow yang terganggu akibat nyeri, yaitu: kebutuhan fisiologis
(tidur, istirahat, latihan kegiatan, rasa nyaman, kebersihan), kebutuhan
keselamatan dan keamanan (bebas dari rasa sakit).
8.
Asuhan
Keperawatan Nyeri
Kasus:
seorang
wanita usia 19 tahun datang ke rumah sakit “Sejahtera” dengan luka robek
panjang kurang lebih 10 cm, lebar 2,5 cm pada lengan kiri bawah dan luka abrasi
besar pada lutut sebelah kiri. Klien menyatakan bahwa dua hari yang lalu
mengalami kecelakaan bermotor yang mengakibatkan luka di lengan dan lututnya.
Klien mengeluh nyeri di kedua lukanya sepanjang hari dan lebih terasa saat
digerakkan. Nyeri terasa panas dan tertusuk-tusuk. Terlihat pucat dan meringis
saat lukanya dibersihkan. Klien mengaku bahwa aktivitas sehari-harinya
terganggu. Semua dibantu oleh keluarga. Setelah dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital didapat: RR 24x/menit, TD 120/80 mmHg, nadi: 80x/menit, suhu
370 C.
8.1 Pengkajian
a. Data
objektif:
klien dengan luka robek
panjang kurang lebih 10 cm, lebar 2,5 cm pada lengan kiri bawah dan luka abrasi
besar pada lutut sebelah kiri.
Terlihat pucat dan
meringis saat lukanya dibersihkan.
Dalam melakukan
aktivitasnya dibantu keliarga.
pemeriksaan tanda-tanda
vital didapat: RR 24x/menit, TD 120/80 mmHg, nadi: 80x/menit, suhu 370
C.
b. Data
subjektif:
Klien menyatakan bahwa
dua hari yang lalu mengalami kecelakaan bermotor yang mengakibatkan luka di
lengan dan lututnya.
Klien mengeluh nyeri di
kedua lukanya sepanjang hari dan lebih terasa saat digerakkan.
Nyeri terasa panas dan
tertusuk-tusuk.
Klien mengaku bahwa
aktivitas sehari-harinya terganggu.
8.2 Diagnosa
NO.
|
DATA
|
MASALAH
KEPERAWATAN
|
ETIOLOGI
|
1.
|
Data Subjektif:
1. Klien
menyatakan bahwa dua hari yang lalu mengalami kecelakaan bermotor yang
mengakibatkan luka di lengan dan lututnya;
2. klien
mengeluh nyeri di kedua lukanya sepanjang hari dan lebih terasa saat
digerakkan;
3. nyeri
terasa panas dan tertusuk-tusuk.
Data Objektif:
1. Terlihat
pucat dan meringis saat lukanya dibersihkan.
2. terlihat
luka robek panjang kurang lebih 10 cm, lebar 2,5 cm pada lengan kiri bawah
dan luka abrasi besar pada lutut sebelah kiri.
|
Gangguan
rasa nyaman
|
Nyeri
pada bagian yang luka
|
2.
|
Data Subjektif:
Klien
mengaku bahwa aktivitas sehari-harinya terganggu.
Data Objektif:
Terlihat
luka robek panjang kurang lebih 10 cm, lebar 2,5 cm pada lengan kiri bawah
dan luka abrasi besar pada lutut sebelah kiri.
|
Defisit
perawatan diri
|
Keterbatasan
anggota gerak
|
8.3 Intervensi Keperawatan
Nama : Nn. X
Usia : 19 tahun
No. register : 013/02/001/2011
Ruangan : Irna-F
Tanggal Masuk RS : 5 Oktober 2011
No.
|
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria
Hasil
|
Intruksi
keperawatan
|
Nama
dan paraf
|
1.
|
DK.1
|
Pasien akan dapat beradaptasi
dengan rasa nyeri yang dialaminya pada tanggal 8 Oktober 2011
|
pasien mampu
menyatakan pengurangan rasa nyeri yang dialaminya pada tanggal 6 Oktober 2011
|
1. Kaji
tingkat nyeri yang dialami pasien dengan menggunakan skala nyeri;
2. Kaji
mekanisme pertahanan (koping) yang dilakukan pasien terhadap nyeri yang
dialami;
3. Atur
posisi pasien dalam keadaan aman dan nyaman;
4. Ajarkan
teknik menghilangkan rasa nyeri;
5. Ajarkan
teknik relaksasi;
6. Kaji
efektifitas penyuluhan yang diberikan;
7. Lakukan
diskusi korelasi pasien dengan tim kesehatan lainnya
|
Ns. Y
|
2.
|
DK.2
|
Pasien akan dapat melakukan
perawatan (makan, minum, mandi) pada tanggal 8 Oktober 2011, tanpa bantuan
|
pasien mampu makan,
minum, dan mandi tanpa bantuan pada tanggal 7 Oktober 2011
|
1. Kaji
riwayat aktivitas yang dilakukan sehari-hari;
2. Kaji
perlakuan pasien terhadap aktivitas sekarang;
3. Ajarkan
teknik bergerak pada pasien untuk membantu melakukan aktivitasnya;
4. Kaji
respon pasien terhadap tindakan yang telah diberikan;
5. Dukung
partisipasi pasien dalam rencana asuhan yang diberikan;
6. Libatkan
keluarga dalam memberi pelatihan pada pasien untuk terus mencoba berlatih.
|
Ns. Y
|
8.4 Implementasi Keperawatan
No.
|
Diagnosa Keperawatan (DK)
|
Implementasi Keperawatan
|
Respon pasien
|
Nama dan Paraf
|
1.
|
DK.
1
|
1. Telah
dilakukan pengkajian tingkat nyeri pasien dengan menggunakan skala nyeri
(1-10)
2. Telah
dilakukan pengaturan posisi pasien dalam keadaan aman dan nyaman
3. Telah
diajarkan teknik menghilangkan rasa nyeri pada pasien
|
Objektif:
Skala nyeri yang
ditunjukkan pasien pada poin 7
Objektif:
pasien terlihat lebih
nyaman
Subjektif:
Pasien mengatakan,
“Sus, nyeri saya mendingan”
|
Ns.
Y
|
2.
|
DK.
2
|
1. Telah
dikaji perlakuan pasien terhadap aktivitas sekarang;
2. Telah
diajarkan teknik bergerak pada pasien untuk membantu melakukan aktivitasnya;
3. Telah
dilakukan diskusi dengan keluarga dalam memberi pelatihan pada pasien untuk
terus mencoba berlatih.
|
Subjektif:
Pasien mengatakan,
“saya tidak bisa makan, minum, dan minum sendiri, Sus..”
Objektif:
Pasien mengikuti
teknik yang diajarkan
Objektif:
Pasien terlihat
melakukan latihan sendiri dengan dibantu oleh keluarga.
|
Ns.
Y
|
8.5 Evaluasi
Nama : Nn. X
Usia : 19 tahun
No. register : 013/02/001/2011
Ruangan : Irna-F
Tanggal Masuk RS : 5 Oktober 2011
Tanggal
|
Diagnosa Keperawatan
|
Evaluasi
|
Nama Perawat
|
07/10/2011
|
DK.
1
|
S : pasien mengatakan
bahwa nyerinya berkurang.
O : pasien tidak lagi
terlihat meringis.
A : masalah teratasi.
P : masalah teratasi
sebagian, rencana tindakan tetap dijalankan sampai keluhan pasien teratasi
sepenuhnya.
|
Ns. Y
|
07/10/2011
|
DK.
2
|
S : pasien mengatakan
bahwa ia sudah bisa melakukan aktivitasnya yaitu makan, minum, dan mandi
tanpa bantuan.
O : terlihat pasien
melakukan aktivitasnya sendiri.
A : masalah teratasi.
P : masalah teratasi
sepenuhnya, rencana tindakan dihentikan.
|
Ns. Y
|
DAFTAR PUSTAKA
Guyton
& Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Jakarta: EGC.
Potter
& Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Prasetyo,
Sigit Nian. 2010. Konsep dan Proses
Keperawatan Nyeri. Surakarta: Graha Ilmu.
Tucker,
Susan Martin. 1998. Standar Perawatan
Pasien. Jakarta: EGC.
Langganan:
Postingan (Atom)